BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara dengan letak geografis yang
strategis. Atas dasar sejarah dan letak geografisnya, Indonesia memiliki berbagai
situs arkeologi yang ada hingga saat ini. Pengangkatan Gunung Padang sebagai salah
satu penemuan terbaru situs arkeologi di Indonesia ternyata diperkirakan bahwa
Gunung Padang tersebut merupakan situs tertua di dunia. Hal inilah yang
menjadikannya menarik untuk dikaji dalam studi kasus mata pelajaran Antropologi
khususnya di bidang Arkeologi.
Makalah
ini memusatkan pembahasan mengenai kondisi sekitar, potensi, dan isu terbaru
tentang Gunung Padang. Gunung Padang sendiri merupakan situs prasejarah
peninggalan kebudayaan Megalitikum di
Jawa Barat. Salah satu hal menarik yang belum diketahui banyak orang tentang
Gunung Padang adalah sebenarnya Gunung Padang, konon, dibuat secara alami oleh
tangan manusia.
Dengan
disajikan dalam bentuk makalah, semoga dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah di Indonesia, khususnya mengenai Gunung Padang. Melalui makalah ini pula
penulis berharap semoga kita semua bisa lebih mengenal lingkungan kita saat ini
dan lebih menghargainya.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Dimana
letak geografis Gunung Padang?
·
Fenomena apa saja yang terdapat di
Gunung Padang?
·
Mengapa Gunung Padang diperkirakan
sebagai situs tertua di dunia ?
1.3 Tujuan
·
Mengatahui letak geografis Gunung Padang
·
Mengetahui fenomena yang terdapat di
Gunung Padang
·
Mengetahui alasan Gunung Padang diduga
sebagai situs tertua di dunia
1.4 Manfaat
Melalui
makalah ini kami berharap pembaca dapat mengetahui letak geografis gunung Padang. Makalah ini juga bermanfaat
untuk menambah pengetahuan tentang gunung , khususnya Gunung Padang. Disamping
itu, pembaca juga dapat mengetahui mengapa Gunung Padang dapat dikatakan
sebagai situs arkeologi tertua di dunia dan fenomena apa saja yang terdapat di
Gunung Padang.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian Arkeologi
Secara etimologis, arkeologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu archaeo yang berarti kuno dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia masa lalu
melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian
sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data
berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan
ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun
fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs
arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi)
arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
2.2 Tujuan Studi Arkeologi
- Merekonstruksi
sejarah kebudayaan.
- Merekonstruksi
cara-cara hidup manusia.
- Merekonstruksi
proses budaya.
Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut ialah semua peninggalan
masa lalu sebagai objek studi yang ditinjau dari segi bentuk, fungsi maupun
proses pembuatan, pemakaian, pembuangan dan daur ulang (pengubahan dan
pemakaian kembali).
2.3 Objek Arkeologi
Objek arkeologi merupakan semua peninggalan masa lalu yang
masih dapat kita temukan sampai saat ini. Berdasarkan periodenya objek stjudi
arkeologi dapat dikategorikan.
2.3.1 Objek Arkeologi Prasejarah
Objek arkeologi prasejarah merupakan semua peninggalan
arkeologi yang berasal dari mulai adanya unsur kebudayaan pertama dan berakhir
pada saat manusia mulai mengenal tulisan. Di Indonesia, pembabakan jaman
prasejarah di bagi berdasarkan atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pendukungnya. Pembabakan tersebut terdiri atas:
·
masa
berburu dan meramu makanan tingkat sederhana (Paleolithikum);
·
masa
berburu dan meramu makanan tingkat lanjut (Mesolithikum);
·
masa
bercocok tanam (Neolithikum);
·
masa
perundagian (Bronze Age).
Peninggalan arkeologi pada masa prasejarah dapat dicontohkan
antara lain: peralatan dari batu dan perunggu, peralatan dari tanah liat,
tempat bermukim, fosil-fosil manusia, binatang dan lain sebagainya.
2.3.2 Objek Arkeologi Masa Sejarah
Objek arkeologi masa sejarah merupakan semua peninggalan
arkeologi yang berasal dari sejak munculnya budaya tulis hingga pada masa lima
puluh tahun lalu. Objek tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut.
·
Objek
periode Klasik, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh Hindu-Budha, seperti: candi, prasasti dan lain sebagainya.
·
Objek
periode Islam, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh kebudayaan Islam,
seperti: nisan, masjid dan lain sebagainya.
·
Objek
periode Kolonial, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh budaya Eropa, seperti:
benteng, gereja dan lain sebagainya.
2.4 Data Arkeologi
Data arkeologi merupakan informasi murni yang belum
ditafsirkan, diubah, atau dimanipulasi yang didapat oleh peneliti dari hasil
pengamatan terhadap tinggalan arkeologi.
2.4.1 Bentuk Data Arkeologi
·
Data
Historis, yaitu data arkeologi yang berupa tulisan, misalnya: prasasti, sumber-sumber
sastra dan lain sebagainya.
·
Data
Non-Historis, yaitu tinggalan manusia yang pernah dibuat, dipakai, dibuang
tanpa adanya tulisan, misalnya: alat-alat batu, gua dan lain sebagainya.
2.4.2 Sifat Data Arkeologi
·
Movable Data, yaitu data yang dapat dipindahkan,
misalnya: arca, alat-alat batu dan lain sebagainya.
·
Nonmovable Data, yaitu data yang tidak dapat
dipindahkan, misalnya: candi, pertirtaan, gua dan sebagainya.
2.4.3 Macam Data Arkeologi
·
Artefak,
yaitu hasil buatan manusia dari pengubahan benda alam baik sebagian maupun
keseluruhan, misalnya: prasasti, arca, alat-alat batu dan perunggu dan lain
sebagainya.
·
Fitur,
yaitu artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempat kedudukannya
(matrix), misalnya: candi, masjid, gua dan lain sebagainya.
·
Ekofak,
yaitu benda dari unsur alam yang pernah digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia, misalnya: sungai, bentang lahan dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Letak Geografis Gunung Padang
Situs
Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalithikum
yang berlokasi di perbatasan dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa
Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur dengan koordinat
6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari
persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten
Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m²,
terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3ha,
menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Untuk mencapai lokasi
Gunung Padang cukup sulit karena lokasinya yang berada di pegunungan dan
jalannya yang cukup curam.
3.2
Fenomena di Gunung Padang
·
Penemuan Makam Tua
Pada
awal Januari 2013 Tim Arkeologi yang dikomandoi arkeolog muda Universitas
Indonesia, Ali Akbar, kembali merilis temuan 5 makam tua di areal yang kini
menjadi objek penelitiannya. Hanya dua dari lima makam di sisi teras kelima
areal situs itu yang memiliki artefak. Berdasarkan pengamatan, makam tersebut
ada di areal situs megalitik sekitar tahun 1900-an. Dari beberapa makam yang
ada, terdapat satu makam yang sedikit memberikan gambaran mengenai keberadaan
makam dari sepasang nisan makam tersebut. Bila dilihat dari bentuk makamnya
maka makam tersebut adalah milik umat Islam. Satu nisan bertuliskan huruf latin
dan satunya lagi bertuliskan huruf Arab. Dengan ditemukannya makam tua
tersebut, maka ada masyarakat yang tinggal dan menetap di situ. Kemudian ada
jeda sampai NJ Krom, salah seorang sejarawan Belanda, menemukan situs tersebut
dan melaporkannya ke pemerintah Belanda pada 1914.
Pada
salah satu nisan tertera tulisan latin yang menerangkan nama jasad yang
dimakamkan bernama "Hadi Winata" yang wafat pada tahun 1947. Almarhum
tertulis juga wafat pada usia 68 tahun, artinya almarhum lahir pada tahun 1879.
Di nisan lainnya, makam yang sama, tertera pula tulisan Arab, di nisan tersebut
terbaca 'prabu' serta terdapat tahun hijriyah, 1356 H. Diperkirakan kemungkinan
jasad yang dimakamkan itu merupakan golongan bangsawan bila sekilas diamati
dari nama latin yang tercantum di nisan dan juga tulisan 'Prabu' di nisan
berhuruf Arab. Para peneliti masih terus bekerja untuk bisa menaksir usia makam
lainnya yang ada di areal Gunung Padang.
·
Semen purba
Di
antara batu-batu kolom, ditemukan material pengisi yang disebut sebagai semen
purba. Material ini menata dan menyatukan batu kolom yang sudah pecah
berkeping-keping.Makin ke bawah kotak gali, semen purba ini terlihat makin
banyak, dan merata setebal 2 sentimeteran di antara batu-batu kolom. Selain di
kotak gali, semen purba ini juga sudah ditemukan pada tebing undak antara teras
satu dan dua, dan juga pada sampel inti bor dari kedalaman 1 sampai 15 meter
dari pemboran yang dilakukan oleh tim pada tahun 2012 lalu di atas situs.
Ahli
geologi tim dan juga pembina pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia pusat, DR.
Andang Bachtiar, berdasarkan hasil analisis kimia yang dilakukannya pada sampel
semen purba dari undak terjal teras satu ke dua, menemukan fakta bahwa
komposisi yang terkandung di dalam semen tersebut sangat kuat sebagai perekat.
Material semen ini mempunyai komposisi utama 45% mineral besi dan 41% mineral
silika, 14% mineral lempung, dan juga unsur karbon.
Barangkali
ia menggabungkan konsep membuat resin, atau perekat modern dari bahan baku
utama silika, dan penggunaan konsentrasi unsur besi yang menjadi penguat bata
merah. Tingginya kandungan silika mengindikasikan semen ini bukan hasil
pelapukan dari batuan kolom andesit di sekelilingnya yang miskin silika.
Kemudian, kadar besi di alam, bahkan di batuan yang ada di pertambangan mineral
bijih sekalipun umumnya tak lebih dari 5% kandungan besinya, sehingga kadar
besi “semen Gunung Padang” ini berlipat kali lebih tinggi dari kondisi alamiah.
Oleh
karena itu dapat disimpulkan material di antara batu-batu kolom andesit ini
adalah adonan semen buatan manusia. Artinya, teknologi masa itu kelihatannya
sudah mengenal metalurgi. Andang menjelaskan, bahwa satu teknik umum untuk
mendapatkan konsentrasi tinggi besi adalah dengan melakukan proses pembakaran
dari hancuran bebatuan dengan suhu sangat tinggi. Mirip pembuatan bata merah,
yaitu membakar lempung kaolinit dan illit untuk menghasilkan konsentrasi besi
tinggi pada bata tersebut.
·
Metalurgi purba
Indikasi adanya teknologi metalurgi
purba diperkuat lagi oleh temuan segumpal material seperti logam sebesar 10 cm
oleh tim Ali Akbar pada kedalaman 1 meter di lereng timur Gunung Padang.
Material logam berkarat ini mempunyai permukaan kasar berongga-rongga kecil
dipermukaannya. Diduga material ini adalah adonan logam sisa pembakaran
(“slug”) yang masih bercampur dengan material karbon yang menjadi bahan
pembakarnya, bisa dari kayu, batu bara atau lainnya. Rongga-rongga itu
kemungkinan terjadi akibat pelepasan gas CO2 ketika pembakaran.
Hasil
analisis radiometrik dari kandungan unsur karbonn pada beberapa sampel semen di
bor inti dari kedalaman 5 – 15 meter yang dilakukan pada 2012 di laboratorium
bergengsi BETALAB, Miami, USA pada pertengahan 2012 menunjukan umur dengan
kisaran antara 13.000 sampai 23.000 tahun lalu. Kemudian, hasil carbon dating
dari lapisan tanah yang menutupi susunan batu kolom andesit di kedalaman 3-4
meter di Teras 5 menunjukkan umur sekitar 8700 tahun lalu.
Sebelumnya
hasil carbon dating yang dilakukan di laboratorium BATAN dari pasir dominan
kuarsa yang mengisi rongga di antara kolom-kolom andesit di kedalaman 8-10
meter di bawah Teras lima, juga menunjukkan kisaran umur sama yaitu sekitar
13.000 tahun lalu. Fakta itu sangat kontroversial karena pengetahuan yang
diyakini peneliti saat ini belum mengenal atau mengakui ada peradaban (tinggi)
pada masa purba itu, di manapun di dunia. Penemuan tersebut memunculkan dugaan
bahwa di masa prasejarah Indonesia, telah hidup peradaban yang menyerupai
kemajuan peradaban Mesir saat pembangunan piramida.
Struktur
bangunan dari susunan batu-batu kolom berdiameter sampai 50 cm dengan panjang
bisa lebih dari 1 meter ini sudah sangat spektakuler karena bagaimanakah
masyarakat purbakala dapat menyusun batu-batu besar yang sangat berat ini
demikian rapi dan disemen pula oleh adonan material yang istimewa. Selanjutnya
survei geolistrik yang dilakukan di sekitar lokasi pengalian oleh tim
geologi/geofisika dari LabEarth LIPI, menguak fakta baru mengenai bangunan
purba di bawah permukaan ini. Survei terbaru ini adalah survei mendetail
sebagai lanjutan dari puluhan lintasan survei geolistrik 2-D, 3-D dan survei
georadar yang sudah dilakukan pada tahun 2011, 2012 dan awal 2013 di sekujur
badan Gunung Padang, dari kaki sampai puncak bukit. Hasil survei geolistrik
memperlihatkan bahwa lapisan susunan batu kolom yang terlihat di kotak gali keberadaannya
dapat diikuti terus sampai ke atas bersatu di bawah badan situs Gunung Padang
di atas bukit, dan juga melebar sampai jauh ke kaki bukit.
Penampang
struktur bawah permukaan berdasarkan resistivitas batuan dari lintasan
geolistrik melewati kotak gali (testpit) arkeologi. Lapisan bangunan dari
susunan kolom andesit terlihat menerus ke bagian bawah dari situs di atas bukit
dan juga ke kaki bukit. Di bawahnya terlihat geometri unik yang diduga masih
bangunan. Peralatan survey memakai Supersting R8 dan software Earth Imager.
Model di atas memakai metoda Average Resistivity. Nilai RMS menunjukkan bahwa
hasil simulasi dari model ini mempunyai perbedaan/tingkat kesalahan hanya 4%
dibandingkan dengan data hasil survey.
·
Batuan Lava
Seorang
ahli arsitektur Pon Purajatniko, anggota tim terpadu yang juga pernah menjabat
Ketua Ikatan Ahli Arsitektur Jawa Barat, menyatakan bahwa struktur teras-teras
Gunung Padang mirip situs Machu Picchu di Peru.
Sampai
saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja, namun
survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan struktur
bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai kedalaman lebih dari
10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah dapat memperlihatkan
struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk morfologi bukit Gunung Padang
adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter yang mempunyai nilai tahanan
listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah
dengan posisi hampir horisontal, selaras dengan bukit memanjang utara-selatan,
dan miring landai ke arah utara. Jadi selaras juga dengan undak-undak teras
yang dibangun di atasnya.
Lapisan
batu berbentuk seperti lidah ini juga mempunyai bidang miring yang rata ke arah
barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya. Lapisan lava ini
berada pada kedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan. Dari data
pemboran yang dilakukan oleh Dr. Andang Bachtiar dan juga analisis mikroskopik
batuan dari sampel inti bor yang dilakukan oleh DR. Andri Subandrio, ahli
geologi batuan gunung api dari Laboratorium Petrologi ITB, dapat dipastikan
tubuh batuan dengan resistivitas tinggi ini adalah batuan lava andesit, sama
seperti tipe batu kolom dari situs Gunung Padang. Hal lain cukup menarik dari
analisa petrologi adalah temuan banyaknya retakan-retakan mikroskopik pada
sayatan tipis batu kolom andesit yang diduga non-alamiah karena retakan itu
memotong kristal-kristal mineral penyusunnya.
Dari
banyak penampang geolistrik, terlihat lidah lava andesit ini mempunyai leher
intrusi (sumber terobosan batuan vulkanis dari bawah) berlokasi di area lereng
selatan dari situs Gunung Padang. Jadi setelah cairan panas intrusi magma
mencapai permukaan kemudian mengalir ke utara, dan setelah mendingin membentuk
lidah lava tersebut. Yang masih menjadi pertanyaan adalah adalah apakah tubuh
batuan lava di perut Gunung Padang ini adalah sumber dari batu-batu kolom
andesit yang dipakai untuk menyusun situs? Kemungkinan hal ini benar karena
sampai saat ini tidak ditemukan ada sumber batuan kolom andesit dalam radius
beberapa kilometer dari Gunung Padang. Masalahnya tidak ada bekas-bekas
penambangan, atau lapisan lava yang tersingkap di area Gunung Padang.
Jadi,
apabila orang berhipotesa bahwa sumber batuannya dari dalam bukit, maka mau
tidak mau harus juga mengasumsikan dulunya lapisan lava itu pernah tersingkap,
atau ditambang oleh manusia purba, kemudian baru batu-batu kolom yang sudah
diambil lalu disusun-ulang untuk menutupi sekujur badan lava menjadi satu mahakarya
monumen arsitektur besar yang luar biasa.
Perlu
juga dicatat bahwa mengekstraksi batu-batu kolom andesit dari batuan induknya
bukanlah hal mudah karena harus dapat memisahkan batu-batu besar dan berat
tersebut dengan utuh dari batuan induknya dalam jumlah sangat besar. Hal ini
berbeda dengan penambangan batuan biasa yang tidak perlu kuatir dengan batu
yang pecah dan dapat dilakukan dengan dengan peledakan dinamit. Pada abad kini
atau ratusan tahun sebelumnya, di dunia ini tak pernah ada penambangan batu-batu
kolom andesit untuk dipakai sebagai bata bangunan.
3.3 Gunung Padang sebagai Situs
Tertua di Dunia
Laporan
pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de
Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun
1914. Sejarawan Belanda,N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949.
Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat,
Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan
Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai
ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede.
Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan
Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan.
Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan
Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Sejak
Maret 2011 Tim peneliti Katastrofi Purba yang dibentuk kantor Staf Khusus
Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam survei untuk melihat aktivitas
sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang
melewati Gunung Padang. Ketika tim melakukan survei bawah permukaan Gunung
Padang diketahui tidak ada intrusi magma. Kemudian tim peneliti melakukan survey
di bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi
geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut.
Hasilnya, semakin meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit yang dibuat atau
dibentuk oleh manusia (man-made).
Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja,
terdiri dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat
oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.
Hasil
survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah
baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari
Prof. Dr.Oppenheimer. Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan
tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang,
dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin
ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti
prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang
arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang
arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil
struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang pakar paleosedimentologi, memimpin
penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti
itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang
difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.
Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota
peneliti.
Berbagai
temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji
radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada
laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari
pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000
tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut:
·
Bangunan di bawah permukaan situs Gunung
Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza. Hal ini merujuk
pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (Indonesia) dengan metoda
LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia
material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian
material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000
+ 150 tahun.
·
Hasil Laboratorium Beta Analytic Miami
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh
laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur
dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya
sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten
dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida
ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia
terutama terkait carbon dating.
Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak
pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu
mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN,
namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang
diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita
percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium
nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:
1.
Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar
600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali
Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN);
2.
Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang
melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika
Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih
tua (diambil dari hasil analisis BATAN);
3.
Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang
yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar
7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida);
4.
Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar
11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan);
5.
Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500
– 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Selain
riset dan survei, kajian pustaka terus dilakukan. Naskah Bujangga Manik dari
abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang
dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di
sekitar tempat situs ini. Menurut legenda, situs Gunung Padang merupakan tempat
pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda
Kuna. Saat ini, situs Gunung Padang juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama
asli Sunda untuk melakukan pemujaan.
Penelitian
mengenai keberadaan bangunan di bawah permukaan Gunung Padang telah dilakukan
oleh beberapa tim ahli. Tim dari Badan Geologi ESDM, Kemenristek, dan Tim Arkeologi
Nasional sudah menyimpulkan bahwa tidak ada bangunan di bawah permukaan gunung
padang. Adapun luasan gunung padang adalah 900 meter persegi seperti sejak
ditemukan NJ Krom. Ini kesimpulan akhir yang secara resmi hasil risetnya ada
tertulis. Tim keempat, Tim terpadu Riset mandiri berkesimpulan berbeda dan
sudah menemukan bukti kuat sebagai fakta awal bahwa ada bangunan di bawah
permukaan gunung Padang, dan luasannya jauh lebih besar dari yang ada sekarang
seperti yang disimpulkan ketiga tim lainnya. Dengan prinsip menghargai
perbedaan dan menjaga etika riset, maka menjadi kewajiban tim terpadu untuk
membuktikan lebih lanjut keseluruhan hipotesanya.
Jika
dilihat dari atas, gunung padang terlihat sangat persis bentuknya dengan
piramida yang ada di mesir. Umurnya diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida
mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi. Karena sesungguhnya gunung padang
bukanlah gunung melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah
terkena timbunan debu vulkanik sehingga terlihat seperti gunung yang sudah
ditumbuhi pepohonan. Didalam gunung padang dipercaya memiliki ruang di dalamnya
yang kini telah tertimbun tanah.
Dalam
situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang
bergelombang pada bagian atasnya, jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan
bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain.
Dari
beberapa penelitian yang sudah dikemukakan para peneliti ,situs ini dapat
menjadi bukti peradaban tertua manusia yang tanpa diketahui hilang dari
informasi pra-sejarah Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Situs
Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalithikum
yang berlokasi di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa
Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.Gunung padang sebenarnya
bukanlah sebuah gunung yang menjulang tinggi melainkan hasil ciptaan manusia
zaman dahulu yang tertutup oleh debu vulkanik. Berdasarkan hasil penelitian, Gunung
padang diduga sebagai situs tertua dikarenakan ditemukan beberapa hal seperti
adanya lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) yang berumur
sekitar 600 tahun SM ,lalu Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman
sekitar 3-4 meter yang berumur sekitar 4700 tahun SM , lapisan tanah urug di
kedalaman 4 meter yang berumur sekitar 7600-7800 SM , pasir yang mengisi rongga
di kedalaman 8-10 meter berumur sekitar 11.600-an tahun SM . Di samping itu ,
fenomena yang berada di situs gunung Padang diantaranya adalah Penemuan Makam
Tua , Semen purba ,Metalurgi purba, dan juga Batuan Lava.
4.2 Saran
Situs
Gunung Padang merupakan situs yang dianggap tertua di dunia. Kita selaku
masyarakat Indonesia wajib untuk melestarikan kehidupan situs Gunung Padang.
Selain itu, kita harus lebih mengakui dan mengapresiasi situs ini. Walaupun
sebenarnya Gunung Padang merupakan bangunan yang dibuat manusia, jangan sampai kita
merusak keadaan alam yang ada di sana. Penulis berharap dengan adanya makalah
ini pemerintah dan masyarakat Indonesia, selaku kita didalamnya, bisa peduli
dan lebih cinta terhadap situs Gunung Padang. Kita pun haruslah bangga terhadap
budaya yang telah diwariskan tersebut, dengan cara mengenal dan memahami setiap
jejak sejarah yang ada di negeri ini, khususnya Situs Gunung Padang.
Daftar Pustaka
Anonim. (2007). Apa Itu Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://arkeologiudayana.wordpress.com/2007/06/16/hello-world/.
Anonim. (2012). Berbagai Jenis Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://infobebas.web.id/2012/berbagai-jenis-arkeologi.html.
Anonim. (2014). Situs Gunung Padang. [Online]. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang#Survei_Pemerintah_Indonesia.
Anonim. (t.t.). Data-Data Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://madzani.tripod.com/karya/assignment/21.html.
Atmodjo, J. S. (2013). Mengapa Situs Purbakala
Penting Untuk Dilindungi. [Online]. Diakses dari http://rovicky.wordpress.com/2013/05/08/belajar
arkeologi-mengapa situs-purbakala-penting-untuk-dilindungi-1/.
Fatih. (2013). Definisi dan Pengertian Ilmu
Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://fatih-io.biz/definisi-pengertian-ilmu-arkeologi.html.
Mansyur, E. A. (2011). Pengertian dan Tujuan
Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://profdrerwinalmwdatusarakalc.blogspot.com/2011/11/pengertian dan-tujuan-arkeologi.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar