Selasa, 06 Januari 2015

ARKEOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan letak geografis yang strategis. Atas dasar sejarah dan letak geografisnya, Indonesia memiliki berbagai situs arkeologi yang ada hingga saat ini. Pengangkatan Gunung Padang sebagai salah satu penemuan terbaru situs arkeologi di Indonesia ternyata diperkirakan bahwa Gunung Padang tersebut merupakan situs tertua di dunia. Hal inilah yang menjadikannya menarik untuk dikaji dalam studi kasus mata pelajaran Antropologi khususnya di bidang Arkeologi.
Makalah ini memusatkan pembahasan mengenai kondisi sekitar, potensi, dan isu terbaru tentang Gunung Padang. Gunung Padang sendiri merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Salah satu hal menarik yang belum diketahui banyak orang tentang Gunung Padang adalah sebenarnya Gunung Padang, konon, dibuat secara alami oleh tangan manusia.
Dengan disajikan dalam bentuk makalah, semoga dapat menambah pengetahuan tentang sejarah di Indonesia, khususnya mengenai Gunung Padang. Melalui makalah ini pula penulis berharap semoga kita semua bisa lebih mengenal lingkungan kita saat ini dan lebih menghargainya.

1.2  Rumusan Masalah
·         Dimana letak geografis Gunung Padang?
·         Fenomena apa saja yang terdapat di Gunung Padang?
·         Mengapa Gunung Padang diperkirakan sebagai situs tertua di dunia ?



1.3  Tujuan
·         Mengatahui letak geografis Gunung Padang
·         Mengetahui fenomena yang terdapat di Gunung Padang
·         Mengetahui alasan Gunung Padang diduga sebagai situs tertua di dunia

1.4  Manfaat
Melalui makalah ini kami berharap pembaca dapat mengetahui letak geografis  gunung Padang. Makalah ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang gunung , khususnya Gunung Padang. Disamping itu, pembaca juga dapat mengetahui mengapa Gunung Padang dapat dikatakan sebagai situs arkeologi tertua di dunia dan fenomena apa saja yang terdapat di Gunung Padang. 



BAB II
LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengertian Arkeologi
Secara etimologis, arkeologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu archaeo yang berarti kuno dan logos yang berarti ilmu. Jadi, Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi) arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
2.2 Tujuan Studi Arkeologi
  • Merekonstruksi sejarah kebudayaan.
  • Merekonstruksi cara-cara hidup manusia.
  • Merekonstruksi proses budaya.
Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut ialah semua peninggalan masa lalu sebagai objek studi yang ditinjau dari segi bentuk, fungsi maupun proses pembuatan, pemakaian, pembuangan dan daur ulang (pengubahan dan pemakaian kembali).



2.3 Objek Arkeologi
Objek arkeologi merupakan semua peninggalan masa lalu yang masih dapat kita temukan sampai saat ini. Berdasarkan periodenya objek stjudi arkeologi dapat dikategorikan.
2.3.1 Objek Arkeologi Prasejarah
Objek arkeologi prasejarah merupakan semua peninggalan arkeologi yang berasal dari mulai adanya unsur kebudayaan pertama dan berakhir pada saat manusia mulai mengenal tulisan. Di Indonesia, pembabakan jaman prasejarah di bagi berdasarkan atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pendukungnya. Pembabakan tersebut terdiri atas:
·         masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana (Paleolithikum);
·         masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut (Mesolithikum);
·         masa bercocok tanam (Neolithikum);
·         masa perundagian (Bronze Age).
Peninggalan arkeologi pada masa prasejarah dapat dicontohkan antara lain: peralatan dari batu dan perunggu, peralatan dari tanah liat, tempat bermukim, fosil-fosil manusia, binatang dan lain sebagainya.
2.3.2  Objek Arkeologi Masa Sejarah
Objek arkeologi masa sejarah merupakan semua peninggalan arkeologi yang berasal dari sejak munculnya budaya tulis hingga pada masa lima puluh tahun lalu. Objek tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut.
·         Objek periode Klasik, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh Hindu-Budha, seperti: candi, prasasti dan lain sebagainya.
·         Objek periode Islam, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh kebudayaan Islam, seperti: nisan, masjid dan lain sebagainya.
·         Objek periode Kolonial, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh budaya Eropa, seperti: benteng, gereja dan lain sebagainya.
2.4 Data Arkeologi
Data arkeologi merupakan informasi murni yang belum ditafsirkan, diubah, atau dimanipulasi yang didapat oleh peneliti dari hasil pengamatan terhadap tinggalan arkeologi.
2.4.1 Bentuk Data Arkeologi
·   Data Historis, yaitu data arkeologi yang berupa tulisan, misalnya: prasasti, sumber-sumber sastra dan lain sebagainya.
·   Data Non-Historis, yaitu tinggalan manusia yang pernah dibuat, dipakai, dibuang tanpa adanya tulisan, misalnya: alat-alat batu, gua dan lain sebagainya.
2.4.2 Sifat Data Arkeologi
·   Movable Data, yaitu data yang dapat dipindahkan, misalnya: arca, alat-alat batu dan lain sebagainya.
·   Nonmovable Data, yaitu data yang tidak dapat dipindahkan, misalnya: candi, pertirtaan, gua dan sebagainya.
2.4.3 Macam Data Arkeologi
·   Artefak, yaitu hasil buatan manusia dari pengubahan benda alam baik sebagian maupun keseluruhan, misalnya: prasasti, arca, alat-alat batu dan perunggu dan lain sebagainya.
·   Fitur, yaitu artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempat kedudukannya (matrix), misalnya: candi, masjid, gua dan lain sebagainya.
·   Ekofak, yaitu benda dari unsur alam yang pernah digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia, misalnya: sungai, bentang lahan dan lain sebagainya.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Letak Geografis Gunung Padang
Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berlokasi di perbatasan dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur dengan koordinat 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Untuk mencapai lokasi Gunung Padang cukup sulit karena lokasinya yang berada di pegunungan dan jalannya yang cukup curam.

3.2  Fenomena di Gunung Padang
·         Penemuan Makam Tua
Pada awal Januari 2013 Tim Arkeologi yang dikomandoi arkeolog muda Universitas Indonesia, Ali Akbar, kembali merilis temuan 5 makam tua di areal yang kini menjadi objek penelitiannya. Hanya dua dari lima makam di sisi teras kelima areal situs itu yang memiliki artefak. Berdasarkan pengamatan, makam tersebut ada di areal situs megalitik sekitar tahun 1900-an. Dari beberapa makam yang ada, terdapat satu makam yang sedikit memberikan gambaran mengenai keberadaan makam dari sepasang nisan makam tersebut. Bila dilihat dari bentuk makamnya maka makam tersebut adalah milik umat Islam. Satu nisan bertuliskan huruf latin dan satunya lagi bertuliskan huruf Arab. Dengan ditemukannya makam tua tersebut, maka ada masyarakat yang tinggal dan menetap di situ. Kemudian ada jeda sampai NJ Krom, salah seorang sejarawan Belanda, menemukan situs tersebut dan melaporkannya ke pemerintah Belanda pada 1914.
Pada salah satu nisan tertera tulisan latin yang menerangkan nama jasad yang dimakamkan bernama "Hadi Winata" yang wafat pada tahun 1947. Almarhum tertulis juga wafat pada usia 68 tahun, artinya almarhum lahir pada tahun 1879. Di nisan lainnya, makam yang sama, tertera pula tulisan Arab, di nisan tersebut terbaca 'prabu' serta terdapat tahun hijriyah, 1356 H. Diperkirakan kemungkinan jasad yang dimakamkan itu merupakan golongan bangsawan bila sekilas diamati dari nama latin yang tercantum di nisan dan juga tulisan 'Prabu' di nisan berhuruf Arab. Para peneliti masih terus bekerja untuk bisa menaksir usia makam lainnya yang ada di areal Gunung Padang.
·         Semen purba
Di antara batu-batu kolom, ditemukan material pengisi yang disebut sebagai semen purba. Material ini menata dan menyatukan batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping.Makin ke bawah kotak gali, semen purba ini terlihat makin banyak, dan merata setebal 2 sentimeteran di antara batu-batu kolom. Selain di kotak gali, semen purba ini juga sudah ditemukan pada tebing undak antara teras satu dan dua, dan juga pada sampel inti bor dari kedalaman 1 sampai 15 meter dari pemboran yang dilakukan oleh tim pada tahun 2012 lalu di atas situs.
Ahli geologi tim dan juga pembina pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia pusat, DR. Andang Bachtiar, berdasarkan hasil analisis kimia yang dilakukannya pada sampel semen purba dari undak terjal teras satu ke dua, menemukan fakta bahwa komposisi yang terkandung di dalam semen tersebut sangat kuat sebagai perekat. Material semen ini mempunyai komposisi utama 45% mineral besi dan 41% mineral silika, 14% mineral lempung, dan juga unsur karbon.
Barangkali ia menggabungkan konsep membuat resin, atau perekat modern dari bahan baku utama silika, dan penggunaan konsentrasi unsur besi yang menjadi penguat bata merah. Tingginya kandungan silika mengindikasikan semen ini bukan hasil pelapukan dari batuan kolom andesit di sekelilingnya yang miskin silika. Kemudian, kadar besi di alam, bahkan di batuan yang ada di pertambangan mineral bijih sekalipun umumnya tak lebih dari 5% kandungan besinya, sehingga kadar besi “semen Gunung Padang” ini berlipat kali lebih tinggi dari kondisi alamiah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan material di antara batu-batu kolom andesit ini adalah adonan semen buatan manusia. Artinya, teknologi masa itu kelihatannya sudah mengenal metalurgi. Andang menjelaskan, bahwa satu teknik umum untuk mendapatkan konsentrasi tinggi besi adalah dengan melakukan proses pembakaran dari hancuran bebatuan dengan suhu sangat tinggi. Mirip pembuatan bata merah, yaitu membakar lempung kaolinit dan illit untuk menghasilkan konsentrasi besi tinggi pada bata tersebut.
·         Metalurgi purba
Indikasi adanya teknologi metalurgi purba diperkuat lagi oleh temuan segumpal material seperti logam sebesar 10 cm oleh tim Ali Akbar pada kedalaman 1 meter di lereng timur Gunung Padang. Material logam berkarat ini mempunyai permukaan kasar berongga-rongga kecil dipermukaannya. Diduga material ini adalah adonan logam sisa pembakaran (“slug”) yang masih bercampur dengan material karbon yang menjadi bahan pembakarnya, bisa dari kayu, batu bara atau lainnya. Rongga-rongga itu kemungkinan terjadi akibat pelepasan gas CO2 ketika pembakaran.
Hasil analisis radiometrik dari kandungan unsur karbonn pada beberapa sampel semen di bor inti dari kedalaman 5 – 15 meter yang dilakukan pada 2012 di laboratorium bergengsi BETALAB, Miami, USA pada pertengahan 2012 menunjukan umur dengan kisaran antara 13.000 sampai 23.000 tahun lalu. Kemudian, hasil carbon dating dari lapisan tanah yang menutupi susunan batu kolom andesit di kedalaman 3-4 meter di Teras 5 menunjukkan umur sekitar 8700 tahun lalu.
Sebelumnya hasil carbon dating yang dilakukan di laboratorium BATAN dari pasir dominan kuarsa yang mengisi rongga di antara kolom-kolom andesit di kedalaman 8-10 meter di bawah Teras lima, juga menunjukkan kisaran umur sama yaitu sekitar 13.000 tahun lalu. Fakta itu sangat kontroversial karena pengetahuan yang diyakini peneliti saat ini belum mengenal atau mengakui ada peradaban (tinggi) pada masa purba itu, di manapun di dunia. Penemuan tersebut memunculkan dugaan bahwa di masa prasejarah Indonesia, telah hidup peradaban yang menyerupai kemajuan peradaban Mesir saat pembangunan piramida.
Struktur bangunan dari susunan batu-batu kolom berdiameter sampai 50 cm dengan panjang bisa lebih dari 1 meter ini sudah sangat spektakuler karena bagaimanakah masyarakat purbakala dapat menyusun batu-batu besar yang sangat berat ini demikian rapi dan disemen pula oleh adonan material yang istimewa. Selanjutnya survei geolistrik yang dilakukan di sekitar lokasi pengalian oleh tim geologi/geofisika dari LabEarth LIPI, menguak fakta baru mengenai bangunan purba di bawah permukaan ini. Survei terbaru ini adalah survei mendetail sebagai lanjutan dari puluhan lintasan survei geolistrik 2-D, 3-D dan survei georadar yang sudah dilakukan pada tahun 2011, 2012 dan awal 2013 di sekujur badan Gunung Padang, dari kaki sampai puncak bukit. Hasil survei geolistrik memperlihatkan bahwa lapisan susunan batu kolom yang terlihat di kotak gali keberadaannya dapat diikuti terus sampai ke atas bersatu di bawah badan situs Gunung Padang di atas bukit, dan juga melebar sampai jauh ke kaki bukit.
Penampang struktur bawah permukaan berdasarkan resistivitas batuan dari lintasan geolistrik melewati kotak gali (testpit) arkeologi. Lapisan bangunan dari susunan kolom andesit terlihat menerus ke bagian bawah dari situs di atas bukit dan juga ke kaki bukit. Di bawahnya terlihat geometri unik yang diduga masih bangunan. Peralatan survey memakai Supersting R8 dan software Earth Imager. Model di atas memakai metoda Average Resistivity. Nilai RMS menunjukkan bahwa hasil simulasi dari model ini mempunyai perbedaan/tingkat kesalahan hanya 4% dibandingkan dengan data hasil survey.
·         Batuan Lava
Seorang ahli arsitektur Pon Purajatniko, anggota tim terpadu yang juga pernah menjabat Ketua Ikatan Ahli Arsitektur Jawa Barat, menyatakan bahwa struktur teras-teras Gunung Padang mirip situs Machu Picchu di Peru.
Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja, namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai kedalaman lebih dari 10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah dapat memperlihatkan struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk morfologi bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter yang mempunyai nilai tahanan listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah dengan posisi hampir horisontal, selaras dengan bukit memanjang utara-selatan, dan miring landai ke arah utara. Jadi selaras juga dengan undak-undak teras yang dibangun di atasnya.
Lapisan batu berbentuk seperti lidah ini juga mempunyai bidang miring yang rata ke arah barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya. Lapisan lava ini berada pada kedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan. Dari data pemboran yang dilakukan oleh Dr. Andang Bachtiar dan juga analisis mikroskopik batuan dari sampel inti bor yang dilakukan oleh DR. Andri Subandrio, ahli geologi batuan gunung api dari Laboratorium Petrologi ITB, dapat dipastikan tubuh batuan dengan resistivitas tinggi ini adalah batuan lava andesit, sama seperti tipe batu kolom dari situs Gunung Padang. Hal lain cukup menarik dari analisa petrologi adalah temuan banyaknya retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit yang diduga non-alamiah karena retakan itu memotong kristal-kristal mineral penyusunnya.
Dari banyak penampang geolistrik, terlihat lidah lava andesit ini mempunyai leher intrusi (sumber terobosan batuan vulkanis dari bawah) berlokasi di area lereng selatan dari situs Gunung Padang. Jadi setelah cairan panas intrusi magma mencapai permukaan kemudian mengalir ke utara, dan setelah mendingin membentuk lidah lava tersebut. Yang masih menjadi pertanyaan adalah adalah apakah tubuh batuan lava di perut Gunung Padang ini adalah sumber dari batu-batu kolom andesit yang dipakai untuk menyusun situs? Kemungkinan hal ini benar karena sampai saat ini tidak ditemukan ada sumber batuan kolom andesit dalam radius beberapa kilometer dari Gunung Padang. Masalahnya tidak ada bekas-bekas penambangan, atau lapisan lava yang tersingkap di area Gunung Padang.
Jadi, apabila orang berhipotesa bahwa sumber batuannya dari dalam bukit, maka mau tidak mau harus juga mengasumsikan dulunya lapisan lava itu pernah tersingkap, atau ditambang oleh manusia purba, kemudian baru batu-batu kolom yang sudah diambil lalu disusun-ulang untuk menutupi sekujur badan lava menjadi satu mahakarya monumen arsitektur besar yang luar biasa.
Perlu juga dicatat bahwa mengekstraksi batu-batu kolom andesit dari batuan induknya bukanlah hal mudah karena harus dapat memisahkan batu-batu besar dan berat tersebut dengan utuh dari batuan induknya dalam jumlah sangat besar. Hal ini berbeda dengan penambangan batuan biasa yang tidak perlu kuatir dengan batu yang pecah dan dapat dilakukan dengan dengan peledakan dinamit. Pada abad kini atau ratusan tahun sebelumnya, di dunia ini tak pernah ada penambangan batu-batu kolom andesit untuk dipakai sebagai bata bangunan.

3.3 Gunung Padang sebagai Situs Tertua di Dunia
Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda,N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Sejak Maret 2011 Tim peneliti Katastrofi Purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam survei untuk melihat aktivitas sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang. Ketika tim melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang diketahui tidak ada intrusi magma. Kemudian tim peneliti melakukan survey di bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut. Hasilnya, semakin meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit yang dibuat atau dibentuk oleh manusia (man-made). Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja, terdiri dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.
Hasil survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr.Oppenheimer. Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang, dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang pakar paleosedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota peneliti.
Berbagai temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut:
·         Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza. Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (Indonesia) dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.
·         Hasil Laboratorium Beta Analytic Miami
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.
Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:
1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN);
2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN);
3. Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida);
4. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan);
5. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Selain riset dan survei, kajian pustaka terus dilakukan. Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat situs ini. Menurut legenda, situs Gunung Padang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini, situs Gunung Padang juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan.
Penelitian mengenai keberadaan bangunan di bawah permukaan Gunung Padang telah dilakukan oleh beberapa tim ahli. Tim dari Badan Geologi ESDM, Kemenristek, dan Tim Arkeologi Nasional sudah menyimpulkan bahwa tidak ada bangunan di bawah permukaan gunung padang. Adapun luasan gunung padang adalah 900 meter persegi seperti sejak ditemukan NJ Krom. Ini kesimpulan akhir yang secara resmi hasil risetnya ada tertulis. Tim keempat, Tim terpadu Riset mandiri berkesimpulan berbeda dan sudah menemukan bukti kuat sebagai fakta awal bahwa ada bangunan di bawah permukaan gunung Padang, dan luasannya jauh lebih besar dari yang ada sekarang seperti yang disimpulkan ketiga tim lainnya. Dengan prinsip menghargai perbedaan dan menjaga etika riset, maka menjadi kewajiban tim terpadu untuk membuktikan lebih lanjut keseluruhan hipotesanya.
Jika dilihat dari atas, gunung padang terlihat sangat persis bentuknya dengan piramida yang ada di mesir. Umurnya diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi. Karena sesungguhnya gunung padang bukanlah gunung melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah terkena timbunan debu vulkanik sehingga terlihat seperti gunung yang sudah ditumbuhi pepohonan. Didalam gunung padang dipercaya memiliki ruang di dalamnya yang kini telah tertimbun tanah.
Dalam situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya, jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain.
Dari beberapa penelitian yang sudah dikemukakan para peneliti ,situs ini dapat menjadi bukti peradaban tertua manusia yang tanpa diketahui hilang dari informasi pra-sejarah Indonesia.











BAB IV
PENUTUP
4.1  Simpulan
Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berlokasi di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.Gunung padang sebenarnya bukanlah sebuah gunung yang menjulang tinggi melainkan hasil ciptaan manusia zaman dahulu yang tertutup oleh debu vulkanik. Berdasarkan hasil penelitian, Gunung padang diduga sebagai situs tertua dikarenakan ditemukan beberapa hal seperti adanya lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) yang berumur sekitar 600 tahun SM ,lalu Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter yang berumur sekitar 4700 tahun SM , lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter yang berumur sekitar 7600-7800 SM , pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter berumur sekitar 11.600-an tahun SM . Di samping itu , fenomena yang berada di situs gunung Padang diantaranya adalah Penemuan Makam Tua , Semen purba ,Metalurgi purba, dan juga Batuan Lava.

4.2  Saran
Situs Gunung Padang merupakan situs yang dianggap tertua di dunia. Kita selaku masyarakat Indonesia wajib untuk melestarikan kehidupan situs Gunung Padang. Selain itu, kita harus lebih mengakui dan mengapresiasi situs ini. Walaupun sebenarnya Gunung Padang merupakan bangunan yang dibuat manusia, jangan sampai kita merusak keadaan alam yang ada di sana. Penulis berharap dengan adanya makalah ini pemerintah dan masyarakat Indonesia, selaku kita didalamnya, bisa peduli dan lebih cinta terhadap situs Gunung Padang. Kita pun haruslah bangga terhadap budaya yang telah diwariskan tersebut, dengan cara mengenal dan memahami setiap jejak sejarah yang ada di negeri ini, khususnya Situs Gunung Padang.
Daftar Pustaka

Anonim. (2007). Apa Itu Arkeologi. [Online]. Diakses dari            http://arkeologiudayana.wordpress.com/2007/06/16/hello-world/.
Anonim. (2012). Berbagai Jenis Arkeologi. [Online]. Diakses dari    http://infobebas.web.id/2012/berbagai-jenis-arkeologi.html.
Anonim. (2014). Arkeologi. [Online]. Diakses dari    http://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologi.
Anonim. (2014). Situs Gunung Padang. [Online]. Diakses dari                     http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang#Survei_Pemerintah_Indonesia.
Anonim. (t.t.). Data-Data Arkeologi. [Online]. Diakses dari http://madzani.tripod.com/karya/assignment/21.html.
Atmodjo, J. S. (2013). Mengapa Situs Purbakala Penting Untuk Dilindungi.           [Online]. Diakses dari            http://rovicky.wordpress.com/2013/05/08/belajar arkeologi-mengapa situs-purbakala-penting-untuk-dilindungi-1/.
Fatih. (2013). Definisi dan Pengertian Ilmu Arkeologi. [Online]. Diakses dari                     http://fatih-io.biz/definisi-pengertian-ilmu-arkeologi.html.
Mansyur, E. A. (2011). Pengertian dan Tujuan Arkeologi. [Online]. Diakses dari            http://profdrerwinalmwdatusarakalc.blogspot.com/2011/11/pengertian        dan-tujuan-arkeologi.html.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar