KEYAKINAN KEAGAMAAN
Setiap manusia yang tidak memiliki ideal-ideal dan keimanan,
akan menjadi manusia yang sepenuhnya mementingkan diri sendiri. Manusia
terus-menerus menghadapi masalah-masalah moral dan sosial dan mesti tanggap
terhadapnya.
Yang mesti kita perhatikan adalah bahwa hanya agama sajalah
yang bisa membuat manusia menjadi orang beriman yang sebenarnya.
Keyakinan-keyakinan agama yang kuat menyebabkan manusia ingin berjuang melawan
kecenderungan-kecenderungan individualnya yang alami dan mau nengorbankan hidup
serta prestisenya bagi keyakinan-keyakinannya.
Terkadang bukan karena keyakinan keagamaan, melainkan di
bawah tekanan psikologis, kebencian, balas dendam atau reaksi terhadap
penindasan dan kekejaman, orang menorbankan kehidupan, harta dan kehormatan
mereka. Banyak contoh yang bisa ditemukan di dunia ini.
Keyakinan keagamaan adalah suatu kaitan yang cocok antara
manusia dan ideal-ideal umum dunia. Gagasan-gagasan yang tidak bersifat ideal,
di pihak lain, merupakan sejenis “pemisah” daridunia dan menghasilkan
penciptaan suatu dunia khayalan bagi diri seseorang yang sama sekali tidak
didukung oleh dunia nyata. Keyakinan keagamaan mengubah penafsiran tentang
dunia dan penciptaan.
Erich Fromm percaya bahwa “ Tak ada seorang pun yang tidak
memubuhkan agama. Masalahnya bukan apakah seseorang menganut atau tidak
menganut sesuatu agama, melainkan agama apakah yang dia praktekkan.”
Yang dimaksudkan oleh ahli psikologi ini adalah bahwa
manusia tidak bisa hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu.
Al-qur’an suci adalah buku pertama yang menganggap keyakinan
keagamaan sebagai sejenis keselarasan dengan keilahian:
“Kau mencari sesuatu selain agama Allah, padahal
kepada-Nyalah menyerah apa saja yang di langit dan di bumi secara sukarela
maupun terpaksa dan kepada-Nyalah mereka akan dikembalikan,” (Q.S, 3:83)
Al-qur’an juga menganggap keyakinan agama sebagai suatu
unsur sifat manusia:
“Maka hadapkanlah wajahmu (hai Muhammad) kepada agama secara
fitri – fitrah Allah yang menurutnya Allah telah menciptakanmu.” (Q.S. 30:30)
Pengaruh – pengaruh
dan Manfaat-manfaat Agama
Pertama, Kebahagiaan
dan kegembiraan
Kebahagiaan dan kegembiraan dipandang dari sikap optimisme,
optimisme dalam menampak jagat raya ini. Tanggung jawab bagi segenap hambatan
yang timbul terletak di dalam dirinya sendiri dan tidak didalam
organisasi-organisasi.Secara alami, hal ini mengilhami mereka untuk nekerja
dengan penuh optimisme.
Penyebab-penyebab kebahagiaan adalah:
(1) Upaya
(2) Keyakinan pada kondisi-kondisi ligkungannya
Kebahagiaan-kebahagiaan spriritual bukan hanya lebih kuat
dari kebahagiaan-kebahagiaan materialistis, melainkan juga terasa lebih lama.
Kebahagiaan menyembah Allah dan kebahagiaan shalat termasuk ke dalam
kebahagiaan jenis ini.
Kebahagiaan spiritual meningkat jika tindakan-tindakan
seperti mencaari ilmu pengetahuaan, kemurah-hatian,sikap menolong, keberhasilan
dan kemenangan bersumber dari keyakinan keagamaan, dan apa saja yang
diselenggarakn demi Allah di dalam wilayah ibadah.
Kedua, Fungsi Agama
dalam Hubungan-hubungan Sosial
Seorang individu tidak mampu memuasi kebutuhan-kebutuhannya
sendiri. Hidup mesti dibagi dengan orang lain yang berperan serta di dalam
semua tugas dan kreatifitas. Kebutuhan-kebutuhan manusia bersifat social tanpa
diatur oleh naluri. Naluri- naluri manusia adalah seperti serangkaian
“dorongan” (drives), maujud di dalam bawah sadar manusia dan kesemuanya itu
mesti ditanamkan melalui pendidikan. Kehidupan kemasyarakatan yang sehat adalah
yang di dalamnya individu-individu menghargai hak individu lainnya.
Semua keagungan kemanusiaan yang gemerlapan seperti
gemintang di lanit, yang pernah dicapai dalam sejarah petualangan manusia,
bersumber dari keyakinan keagamaan.
Ketiga, Penawar bagi
Tekanan Jiwa
Kehidupan manusia, kita sukai atau tidak, mengandung penderitaan-penderitaan,
sebagaimana ia juga menawarkan kegembiraan. Manusia wajib berjuang bersama-sama alam dan mengubah kepahitannya
menjadi rasa manis.
Keyakinan keagamaan menciptakan, di dalam diri manusia,
kekuatan untuk bertahan dan menjelmakan kepahitan menjadi rasa manis. Seorang
individu yang beriman selalu menyibukkan dirinya sendiri dengan
tindakan-tindakan ber-taqarrub dan
berdo’a kepada Allah, maka kehidupannya menjadi bahagia.
Tampak jelas bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar
penyakit mental yang disebabkan oleh kerusakan psikologis ditemukan di antara
orang-orang yang tak beragama. Karenanya, salah satu akibat kehidupan
kontemporer yang bersumber dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah
meningkatnya penyakit syaraf dan psikologis.
Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan dari Agama
11.
Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan
seringkali bersumber pada pandangan polotik yang dianut oleh beberapa kelompok,
lembaga ateis ataupun Negara; yaakni politik menyebarluaskan ateisme dan
memerangi keimanan kepada Tuhan.
22.
Pada semua lembaga keagamaan Nasrani, berbagai
upaya dilakukan untuk membuat orang, sejak masa kecilnya, mempercayai adanya
Tuhan dalam bentuk manusia.
33.
Tenggelamnya individu-individu dalam penyembaha
kelezatan syahwat dan hawa nafsu dan saratnya lingkungan masyarakat dengan
berbagai pembangkit api syahwat serta naluri0naluri hewaniah.
44.
Orang yang bertanggung jawab atas pengarahan
keagamaan tidak menyadari posisi dan hakikat agama ataupun cara yang tepat
untuk menyeru manusia kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar