Selasa, 06 Januari 2015

KEYAKINAN KEAGAMAAN

KEYAKINAN KEAGAMAAN

Setiap manusia yang tidak memiliki ideal-ideal dan keimanan, akan menjadi manusia yang sepenuhnya mementingkan diri sendiri. Manusia terus-menerus menghadapi masalah-masalah moral dan sosial dan mesti tanggap terhadapnya.
Yang mesti kita perhatikan adalah bahwa hanya agama sajalah yang bisa membuat manusia menjadi orang beriman yang sebenarnya. Keyakinan-keyakinan agama yang kuat menyebabkan manusia ingin berjuang melawan kecenderungan-kecenderungan individualnya yang alami dan mau nengorbankan hidup serta prestisenya bagi keyakinan-keyakinannya.
Terkadang bukan karena keyakinan keagamaan, melainkan di bawah tekanan psikologis, kebencian, balas dendam atau reaksi terhadap penindasan dan kekejaman, orang menorbankan kehidupan, harta dan kehormatan mereka. Banyak contoh yang bisa ditemukan di dunia ini.
Keyakinan keagamaan adalah suatu kaitan yang cocok antara manusia dan ideal-ideal umum dunia. Gagasan-gagasan yang tidak bersifat ideal, di pihak lain, merupakan sejenis “pemisah” daridunia dan menghasilkan penciptaan suatu dunia khayalan bagi diri seseorang yang sama sekali tidak didukung oleh dunia nyata. Keyakinan keagamaan mengubah penafsiran tentang dunia dan penciptaan.
Erich Fromm percaya bahwa “ Tak ada seorang pun yang tidak memubuhkan agama. Masalahnya bukan apakah seseorang menganut atau tidak menganut sesuatu agama, melainkan agama apakah yang dia praktekkan.”
Yang dimaksudkan oleh ahli psikologi ini adalah bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu.
Al-qur’an suci adalah buku pertama yang menganggap keyakinan keagamaan sebagai sejenis keselarasan dengan keilahian:
“Kau mencari sesuatu selain agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerah apa saja yang di langit dan di bumi secara sukarela maupun terpaksa dan kepada-Nyalah mereka akan dikembalikan,” (Q.S, 3:83)
Al-qur’an juga menganggap keyakinan agama sebagai suatu unsur sifat manusia:
“Maka hadapkanlah wajahmu (hai Muhammad) kepada agama secara fitri – fitrah Allah yang menurutnya Allah telah menciptakanmu.” (Q.S. 30:30)

Pengaruh – pengaruh dan Manfaat-manfaat Agama
Pertama, Kebahagiaan dan kegembiraan
Kebahagiaan dan kegembiraan dipandang dari sikap optimisme, optimisme dalam menampak jagat raya ini. Tanggung jawab bagi segenap hambatan yang timbul terletak di dalam dirinya sendiri dan tidak didalam organisasi-organisasi.Secara alami, hal ini mengilhami mereka untuk nekerja dengan penuh optimisme.
Penyebab-penyebab kebahagiaan adalah:
(1) Upaya
(2) Keyakinan pada kondisi-kondisi ligkungannya
Kebahagiaan-kebahagiaan spriritual bukan hanya lebih kuat dari kebahagiaan-kebahagiaan materialistis, melainkan juga terasa lebih lama. Kebahagiaan menyembah Allah dan kebahagiaan shalat termasuk ke dalam kebahagiaan jenis ini.
Kebahagiaan spiritual meningkat jika tindakan-tindakan seperti mencaari ilmu pengetahuaan, kemurah-hatian,sikap menolong, keberhasilan dan kemenangan bersumber dari keyakinan keagamaan, dan apa saja yang diselenggarakn demi Allah di dalam wilayah ibadah.
Kedua, Fungsi Agama dalam Hubungan-hubungan Sosial
Seorang individu tidak mampu memuasi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Hidup mesti dibagi dengan orang lain yang berperan serta di dalam semua tugas dan kreatifitas. Kebutuhan-kebutuhan manusia bersifat social tanpa diatur oleh naluri. Naluri- naluri manusia adalah seperti serangkaian “dorongan” (drives), maujud di dalam bawah sadar manusia dan kesemuanya itu mesti ditanamkan melalui pendidikan. Kehidupan kemasyarakatan yang sehat adalah yang di dalamnya individu-individu menghargai hak individu lainnya.
Semua keagungan kemanusiaan yang gemerlapan seperti gemintang di lanit, yang pernah dicapai dalam sejarah petualangan manusia, bersumber dari keyakinan keagamaan.
Ketiga, Penawar bagi Tekanan Jiwa
Kehidupan manusia, kita sukai atau tidak, mengandung penderitaan-penderitaan, sebagaimana ia juga menawarkan kegembiraan. Manusia wajib berjuang  bersama-sama alam dan mengubah kepahitannya menjadi rasa manis.
Keyakinan keagamaan menciptakan, di dalam diri manusia, kekuatan untuk bertahan dan menjelmakan kepahitan menjadi rasa manis. Seorang individu yang beriman selalu menyibukkan dirinya sendiri dengan tindakan-tindakan ber-taqarrub dan berdo’a kepada Allah, maka kehidupannya menjadi bahagia.
Tampak jelas bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar penyakit mental yang disebabkan oleh kerusakan psikologis ditemukan di antara orang-orang yang tak beragama. Karenanya, salah satu akibat kehidupan kontemporer yang bersumber dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah meningkatnya penyakit syaraf dan psikologis.



Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan dari Agama
11.       Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan seringkali bersumber pada pandangan polotik yang dianut oleh beberapa kelompok, lembaga ateis ataupun Negara; yaakni politik menyebarluaskan ateisme dan memerangi keimanan kepada Tuhan.
22.       Pada semua lembaga keagamaan Nasrani, berbagai upaya dilakukan untuk membuat orang, sejak masa kecilnya, mempercayai adanya Tuhan dalam bentuk manusia.
33.       Tenggelamnya individu-individu dalam penyembaha kelezatan syahwat dan hawa nafsu dan saratnya lingkungan masyarakat dengan berbagai pembangkit api syahwat serta naluri0naluri hewaniah.

44.       Orang yang bertanggung jawab atas pengarahan keagamaan tidak menyadari posisi dan hakikat agama ataupun cara yang tepat untuk menyeru manusia kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar