TEORI INTELEGENSI MENURUT PARA AHLI
1.Teori“TwoFactors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia
berpen¬dapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g”
(general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific
factors). Setiap individu memiliki kedua
kemampuan mi yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.
2.Teori“PrimaryMentalAbilities”
Teori ini dikemukakan oleh Thurstone (1938). Dia
berpendapat bah¬wa inteligensi merupakan penjelmaan dan kemampuan primer, yaitu
(a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension, (b) ke¬mampuan mengingat:
memory; (c) kemampuan nalar atau berpikir logis: reasoning; (d) kemampuan
tilikan ruang: spatial factor; (e) kemampuan bilangan: numerical ability; (I)
kemampuan mengguna¬kan kata-kata: word fluency; dan (g) kemampuan mengamati
dengan cepat dan cermat: perceptual speed.
3. Teori “Multiple Intelligence”
Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard
Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dan tiga
kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut:
1) Operasi Mental (Proses Berpikir)
(a) Kognisi (menyimpan informasi yang lama dan menemukan
informasi yang baru).
(b) Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan
kehi¬dupan sehari-hari).
(c) Memory recording (ingatan yang segera).
(d) Divergent production (berpikir melebar = banyak
kemung¬kinan jawaban).
(e) Convergent production (berpikir memusat = hanya satu
j awaban/alternatif).
(f) Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu
itu baik, akurat, atau memadai).
2) Content (Isi yang dip ikirkan)
(a) Visual (bentuk kongkret atau gambaran).
(b) Auditory.
(c) Word meaning (semantic).
(d) Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata,
angka dan not musik).
(e) Behavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh
melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).
3) Product (Hasil Berpikir)
(a) Unit (item tunggal informasi).
(b) Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang
sama).
(c) Relasi (keterkaitan antarinformasi).
(d) Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan).
(e) Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi
in¬formasi).
(f) Implikasi (informasi yang merupakan saran dan
informasi item lain).
d. Teori “Triachic of Intelligence”
Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg (1985, 1990).
Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteli¬gensi.
Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga ba¬gian kemampuan mental”
(proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian
terhadap situasi yang diha¬dapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen.
Dengan kata lain, tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dan
penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan
cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi
dengan lingkungan.
1) Proses Mental (Berpikir)
a) Meta Component: perencanaan aturan, seleksi strategi,
dan mo¬nitoring (pemantauan). Contohnya mengidentifikasi masalah, alokasi
perhatian dan pemantauan bagaimana strategi itu dilaksanakan.
b) Performance Components: melaksanakan strategi yang
terse¬leksi. Melalui komponen ini memungkinkan kita untuk memper¬sepsi dan
menyimpan informasi baru.
c) Knowledge — Acquisition Components: memperoleh
pengetahuan baru, seperti: memisahkan informasi yang relevan dengan yang tidak
relevan dalam rangka memahami konsep-konsep baru.
2) Coping with new experience
Tingkah laku inteligen dibentuk melalui dua
karakteristik, yaitu:
a) Insight, atau kemampuan untuk menghadapi situasi baru
secara efektif
b) Automaticity, atau kemampuan untuk berpikir dan
memecahkan masalah secara otomatis dan efisien.
Dengan demikian, tingkah laku inteligen itu melibatkan kemam¬puan
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru dan bersifat otomatis: kecepatan
dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin dan dapat dilakukan
tanpa banyak menggunakan usaha kognisi.
3) Adapting to environment
Yaitu kemampuan untuk memilih dan beradaptasi dengan
tuntutan atau norma lingkungan. Kemampuan mi sangat penting bagi individu dalam
meraih kesuksesan hidupnya, seperti dalam memilih karier, keterampilan sosial
dan bergaul dalam masyarakat secara baik. Secara visual,
1. Sejarah Tes Intelegensi
Pada
abad XIV, di cina, telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para
pelamar jabatan pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para
pelamar harus mengikuti ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan konvusion
klasik dan mengenai kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari
semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat
distrik kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan
sajak. Dalam ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya
barulah ujian tingkat akhir diadakan di peking dimana diantara para peserta
terakhir ini hanya lulus 3% saja. Lulusan ini kemudian diangkat menjadi
mandarin dan bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap
ujian tersebut hanya 5 diantara 100.000 pelamar yang akhirnya menjadi mandarin.
Mungkin
suatu kebetulan, bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada
kempuan yang bersifat umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha
pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak
di amerika serikat dan Perancis.
Di
amerika, usaha pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes
mental”, James Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan
bukunya mental tes and measuremens di tahun 1890. buku ini berisi serangkaian
tes intelegensi yang terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut
adalah:
a. Dinamo meter peasure, yaitu ukuran kekuatan tangan
menekan pegas yang dianggap sebagai indikator aspek psikofisiologis
b. Rate of movement, yaitu kecepatan gerak tangan dalam
satuan waktu tertentu yang dianggap memiliki komponen mental didalamnya.
c. Sensation areas, yaitu pengukuran jarak terkecil
diantara 2 tempat yang terpisah dikulit yang masih dapat dirasakan sebagai 2
titik berbeda.
d. Peasue caosing pain, yaitu pengukuran yamg dianggap
berguna dalam diaknosis terhadap penyakit saraf dan dalam mempelajari status
kesadaran abnormal.
e. Least noticabele difference in weight, yaitu pengukuran
perbedaan berat yang terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang.
f. Reaction time for sound, yang mengukur waktu antara
pemberian stimulus dengan timbulnya reaksi tercepat.
g. Time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap
proses yang lebih”mental”daripada waktu-reaksi yang dianggap
reflektif.,
h. Bisection of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu
ukuran terhadap akurasi “ space judgment’
i. Judgment of 10second time, yang dimaksudkan sebagai
ukuran akurasi dalam ‘time judgment’( subyek diminta menghitung 10 detik tampa
bantuan apapun).
j. Number of latters repeated upon once hearing, yang
dimaksudkan sebagai ukuran terhadap perhatian dan ingatan( subyek diminta
mengulang huruf yang sudah disebutkan 1x)
2. Latar Belakang Tes Intelegensi
a. E. Seguin (1812 – 1880) disebut sebagai pionir
dalam bidang tes intelegensi yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk
sederhana untuk menegakkan diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini
distandanisir oleh Henry H. Goddard (1906).
E. Seguin digolongkan kepada salah seorang yang mengkhususkan diri pada
pendidikan anak terkebelakang dan disebut juga bapak dari tes performansi.
b. Joseph Jasnow (1863 – 1944) adalah merupakan salah
satu dari beberapa orang yang pertama kali mengembangkan daftar norma-norma
dalam pengukuran psikologis.
c. G.C. Ferrari (1896) mempublikasikan tes yang bisa
dipakai untuk mendiagnosis keterbelakangan mental.
d. August Oehr mengadakan penelitian inhmetasi antara
berbagai fungsi psikologis (h. 14).
e. E. Kraepelin, seorang psikotes menyokong usaha
ini, empat macam tes yang dikembangkan, di antaranya yaitu:
§
Koordinasi motoric
§
Asosiasi kata-kata
§
Fungsi persepsi
§
Ingatan
f.
Dan E. Kraepelin juga mengembangkan tes intelegensi
yang berkaiatan dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana tahun
1895.
Di
samping itu berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok (group). Hal ini
diawali dengan tes verbal untuk seleksi tentara (wajib militer) yang disebut
dengan Army Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa berbicara bahasa
Inggris dipergunakan Army Beta sekitar
tahun 1917 – 1918, tes ini dipakai hampir dua juta orang.
3. Jenis-Jenis Tes Intelegensi
Berdasarkan
penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu :
a) Tes Intelegensi individual, beberapa di antaranya:
§
Stanford – Binet Intelegence Scale.
§
Wechster – Bellevue Intelegence Scale (WBIS)
§
Wechster – Intelegence Scale For Children (WISC)
§
Wechster – Ault Intelegence Scale (WAIS)
§
Wechster Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI)
b) Tes Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya:
·
Pintner Cunningham Prymary Test
·
The California Test of Mental Makurity
·
The Henmon – Nelson Test Mental Ability
·
Otis – Lennon Mental Ability Test
·
Progassive Matrices
c) Tes Intellegensi dengan tindakan perbuatan
Untuk
tujuan program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes
intelegensi kelompok berupa:
·
The California Test of Mental Maturity (CTMM)
·
The Henmon – Nelson Test Mental Ability
·
Otis – Lennon Mental Ability Test, and
·
Progassive Matrices. (22)
Ada
kalsifikasi atau standar tingkat IQ yang cukup berpengaruh yaitu klasifikasi
dari Wechsler yang menciptakan tes WISC yang diperuntukan bagi anak-anak pada
tahun 1949. Adapun kalsifikasi IQ-nya.
Name
|
IQ
|
Very
superior
|
130
+
|
Superior
|
120
– 129
|
Bright
normal
|
110
– 119
|
Average
|
90
– 109
|
Dull
normal
|
80
– 89
|
Borderline
|
70
– 79
|
Mental
defective
|
69
and below
|
(Harriman, 1958)
4. Teori-Teori dan Pendekatan-Pendekatan Tentang Intelegensi
Diantara
beberapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya
masing-masing sebagai berikut:
1. Alfred Binet mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu
berkembang dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa
tunggal dari karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses
kematangan seseorang.
2. Edward Lee Thorndike, teori Thorndike menyatakan
bahwa intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan
dalam wujud perilaku intelegensi.
3. Robert J. Sternberg, teori ini
mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya
teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori ini disebut juga dengan Teori Intelegensi Triarchic.
Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara:
a.
Intelegensi dan dunia internal seseorang
b.
Intelegensi dan dunia eksternal seseorang
c.
Intelegensi dan pengalaman
Adapun
dalam memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) engemukakakn empat
pendekatan umum, yaitu.
1) Pendekatan Teori Belajar
Inti
pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman
mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk
memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
2. Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan
ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis.
Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar
neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.
3. Pendekatan Psikomotorik
Pendekatan
ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat
psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu.
o
Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah.
o
Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori
4. Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam
pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan
intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan
biologis individu.
Faktor-Faktor dalam Intelegensi
Dalam
intelgensi akan ditemukan faktor-faktor tertentu yang para ahli sendiri belum
terdapat pendapat yang sama seratus persen. Berikut ini beberapa pendapat para
ahli mengenai faktor-faktor dalam intelegensi
1. Thorndike dengan Teori Multi-Faktor
Teori
ini menyatakan bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri
dari elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu
terdiri dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan
dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya.
2. Spearman
Menurut
Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu:
o General ability atau general faktor (faktor G)
Faktor
ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya.
Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
· Special ability atau special faktor (faktor S)
Faktor
ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian,
maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan
sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan,
maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut
Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat
dirumuskan. P=G+S
3. Burt
Menurut
Burt dalam intelegensi terdapat 3 faktor
a) Special ability atau special faktor (faktor S)
b) General ability atau general faktor (faktor G)
c) Common ability atau common faktor disebut
juga group factor (faktor C)
Faktor
ini merupakan sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok
dalam bidang bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C
4. Thurstone
Thurnstone mempunyai pandangan tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam
intelegensi terdapat faktor-faktor primer yang merupakan “group factor”, yaitu:.
a.
Spatial relation (S)
Kemampuan
untuk melihat gambar tiga dimensi
b)
Perceptual speed (P)
Kecepatan
dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon
detil-detil visual.
c)
Verbal comprehension (V)
Kemampuan
memahami bacaan, kosakata, analogi verbal, dan sebagainya.
d)
Word fluency (W)
Kecepatan
dalam menghubug-hubngkan kata dengan berbagai rima dan intonasi.
e)
Number facility (N)
Kecepatan
ketepatan dalam perhitungan
f)
Associative memory (M)
Kemampuan
menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi.
g)
Induction (I)
Kemampuan
untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas.
Menurutnya
faktor-faktor tesebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakan atau
perbuatan yang intelegen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar